Selamat Datang di Blog SDIT Insan Mulia

Kedudukan Anak Bagi Kedua Orangtua

Oleh: Ari Aji Astuti

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, shalawat dan salam atas Rasulullah SAW dan keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Semoga, kitasemuatermasukpengikutRasulullah yang setiahingga akhir hayat kita.amiin

Ayah - Bunda yang dirahmati Allah SWT, anakadalahanugrahterindahbagipara orang tua. Anakadalahdambaansemua orang yang telahhidupberumahtangga, karena mereka akan menjadi cahaya mata ketika mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang sholeh dan shalihah.

Anak bukanlah sekedar hasil konsekuensi dari sebuah perkawinan, namun lebih dari itu anak memiliki sejuta energi yang akan menguatkan ikatan cinta, ikatan asa, dan ikatan-ikatan lain diantara mereka.
Saat seorang ibu mulai hamil, harapan demi harapan terbangun, kebahagiaan akan hadirnya seorang anggota keluarga baru merekah, dan ini semua akan menambah semangat kerja bagi seorang calon ayah yang bertanggung jawab memikul amanah memberi nafkah keluarga, sekaligus melahirkan semangat juang akan lahirnya seorang generasi baru, penerus risalah suci, demi menambah panjang barisan umat Nabi Muhammad SAW.

Begitu anak lahir, seorang ibu akan tersenyum penuh syukur. Rasa sakit yang teramat sangat pada detik-detik terakhir menjelang kelahiran hilang musnah, dan berganti menjadi senyum bahagia, karena saat itu ia telah memiliki seorang tambatan hati baru, yang akan menemaninya setiap saat dan setiap waktu, menambah semaraknya suasana rumah dan keluarga. Hari-hari menjadi begitu indah, penuh warna ceria bersama anak.

Aroma khas minyak telon atau minyak kayu putih yang dioles di kulit bayi untuk menghangatkan badannya, selalu menarik hati siapa saja untuk menciumnya. Bahkan saat anak baru bangun tidur dan badan masih bau asampun, kedua orang tuanya tak segan-segan menciumnya. Subhanalloh, Maha Suci Allah yang telah menciptakan sebuah Ciptaan yang agung, yang menjadi daya tarik yang luar biasa bagi makhluq-Nya.

Ketika anak mulai bisa membuka mata, dan mulai bereaksi atas segala bentuk rangsangan yang diberikan kepadanya, kita akan semakin gemas dan ingin selalu dekat dengannya. Saat ia mulai berceloteh, hati kita tergoda untuk selalu bercanda dengannya. Ketika kita mengamati perkembangan demi perkembangan tubuhnya, kemolekan wajahnya, bening matanya, kelincahan geraknya, tumbuh dalam hati kita sebuah harapan besar, semoga kelak mereka menjadi anak yang memiliki kekuatan fisik, kejernihan hati, kecerdasan berfikir, dan semangat juang yang tinggi. Hingga bersatulah dalam dirinya sebuah kekuatan yang besar, modal utama menjalani amanah sebagai khalifah di muka bumi ini.

Mereka  adalah anugerah terindah dari Alloh SWT bagi setiap orang tua. Ia akan menjadi penghibur dikala sedih, penyemangat dikala lemah, dan pengingat kita dikala lupa. Ia adalah amanah suci, yang harus dididik dan dibina menjadi anak sholeh sholihah, penerus risalah dan penegak din Islam yang suci di muka bumi ini.

Mereka itulah cahaya-cahaya mata kita. Yang akan menyinari bumi, menerangi jalan gelap hingga berubah menjadi terang benderang. Jadilah mereka qurrotq a’yun bagi kita semuaumat manusia. Yang dari tangan-tangan mereka, akan selamatlah bumi ini dari kema’siyatan dan kehancuran. Insya Allah. Aamiin. Karena itu, jangan biarkan cahaya mata itu redup, karena salah mendidik dan mengasuhnya. Peran kita sungguh sangat besar bagi perkembangan jiwa mereka, bahkan bagaikan penentu garis kehidupan mereka selanjutnya, saat kita menorehkan tinta dalam jiwa mereka di masa-masa awal kehidupannya.

Rasululloh SAW ketika ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau menjawab : ” Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu”, (HR. Ibnu Majah).
Karena itu, marilah kita berupaya menjadikan cahaya-cahaya itu tetap bersinar cemerlang, dengan cara memberikan pendidikan dengan baik dan benar, memilihkan teman yang baik,memilihkan sekolah yang baik, dan memberinya lingkungan hidup yang baik.
Mendidik anak ibarat menanam sekuntum bunga. Kadang kita dapatkan bunga yang kita rawat dengan segenap kasih sayang itu tumbuh kembang dengan indah, bunga-bunganya bermekaran memberikan semerbak wanginya, namun terkadang pula bunga itu layu, bahkan tumbuh berduri dan melukai kita yang merawatnya. Demikian pula halnya mendidik anak. Sentuhan pendidikan dengan penuh kasih sayang itu, tak selalu menghasilkan anak sesuai harapan. Ada anak yang begitu mudah diatur, penurut, selalu taat bila diberi amanah, namun tak jarang pula ada anak yang seringkali menjadi ujian bagi orang tuanya.

Bila kita melihat sekuntum bunga itu layu, biasanya kita akan segeramengambil seember air, kita siramkan dengan penuh kasih sayang, kemudian kita beri pupuk untuk menunjang pertumbuhannya. Maka alangkah indahnya bila kita melihat anak melakukan sebuah kesalahan, kita perlakukan anak seperti ketika kita melihat sekuntum bunga yang layu,yaitu memberikan perhatian dan limpahan kasih sayang, bukan malah memarahi dan mencaci maki.
Ketika anak melakukan suatu kesalahan, kita harus memahami bahwa anak melakukan kesalahan karena ketidak tahuannya. Kesalahan yang mungkin tidak disengaja. Bisa jadi pula, anak melakukan kesalahan, karena kita orang tuanya yang melakukan kesalahan dalam mendidik mereka, maka jangan terburu-buru mengambil kesimpulan dan menyalahkan anak, apalagi langsung memberikan kepada mereka hukuman. Mari kita jernihkan hati dan fikiran kita, memperlakukan anak dengan lemah lembut, kemudian membimbingnya untuk menjadi tahu, sehingga kita mampu mengambil tindakan yang tepat ketika anak-anak kita melakukan kesalahan.Agar tidak membuat kesalahan lagi dikesempatan yang lain.

Dengan tindakan yang tepat, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, berani mengemukakan pendapat, dan berani mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya. Sehingga mereka akan tumbuh berkembang sesuai dengan potensinya. Sedangkan tindakan yang salah, tak lain hasilnya kecuali akan menjadikan anak-anak kita minder, tidak memiliki rasa percaya diri, dan bahkan bisa jadi mereka berkembang menjadi anak yang bermasalah, sehingga menambah panjang ujian kehidupan bagi orang tuanya.
Agar kita mampu mendidik mereka dengan baik dan benar, serta tidak banyak melakukan kesalahan, marilah kita fahami kedudukan/hakekat anak bagi orang tuanya, yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan sunah Rasulullah SAW, agar kita semua dapat menempatkan anak-anak kita sesuai dengan kedudukannya, dan kitapun dapat menempatkan diri sesuai porsi yang seharusnya kita jalankan.

Dalam Al Qur`an dan sunah, disebutkan beberapa ayat yang berkaitan dengan kedudukan anak bagi orang tuanya, yaitu :

A.    Anak sebagai perhiasan.

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. 3:14 ).

Anak, adalah suatu keindahan ciptaan Alloh Yang Maha Agung, dan dapat dijadikan sebagai salah satu perhiasan hidup kedua orang tuanya. Kemolekan dan ketampanan seorang bayi sungguh memikat hati setiap orang yang melihatnya. Wajah yang ceria, akan senantiasa membangkitkan harapan. Mata yang cemerlang, akan membangkitkan semangat baru. Kulit yang lembut, akan melahirkan rasa rindu untuk selalu membelai dan memeluknya. Bentuk tubuh yang  senantiasa berkembang, berubah dari hari kehari, memberi inspirasi untuk hidup dinamis. Dan hal-hal tsb. diatas memunculkan daya tarik bagi siapa saja untuk memilikinya, menimangnya, dan merindukan mereka setiap saat. Subhaanaalloh.

Seorang ayah, dan seorang ibu yang merasa lelah, penat setelah seharian bekerja, akan tersenyum kembali ketika melihat anaknya yang menggemaskan. Ia akan terhibur, dan terobati, lalu lahirlah semangat baru, hingga hatinya menjadi senang, tenteram. Anak menjadi hiasan hidup yang begitu indah dan menawan hati, bagi setiap orang tua yang bersyukur atas nikmat dan karunia Alloh SWT kepada keluarganya. Karena itulah, setiap orang yang telah menapaki kehidupan keluarga -hampir bisa dipastikan- mereka semua akan merindukan kehadiran seorang, dua orang, atau lebih anak-anak, untuk menghiasi kehidupan mereka, dan melengkapi kebahagiaannya berumah tangga. Tak lengkap rasanya kebahagiaan sebuah rumah tangga, kala belum dilengkapi dengan hadirnya anak-anak.

B.    Anak sebagai Musuh
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu, ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( Q.S. 64 : 14 ).

Kadangkala, dalam interaksi sehari-hari antara orang tua dan anak, timbul kesalah fahaman. Masing-masing memiliki pendapat sendiri, dan tidak mudah disatukan. Hal tersebut bisa menyebabkan sebuah permusuhan diantara mereka. Kondisi yang demikian, bila dibiarkan berlarut-larut dan tidak diselesaikan dengan segera, bisa saja menimbulkan kebencian yang besar, dan kemudian melahirkan tindakan diluar batas kewajaran. Anak dan orang tua bermusuhan, tidak saling bertegur sapa dan saling benci. Terkikislah rasa kasih sayang dan hormat diantara mereka.

Dalam  berita-berita kriminal yang kita saksikan, tidak sedikit kasus seorang anak yang tega membunuh orang tuanya sendiri karena keinginannya tidak dipenuhi, atau sebaliknya orang tua berlaku kasar dan diluar batas kewajaran karena merasa anakn hanyalah beban baginya.
Ada anak yang tidak mau berkunjung bertahun-tahun lamanya kerumah orang tuanya, walaupun rumah mereka berdekatan, hanya karena sebab sepele. Bahkan, adaanak yang mengusir orang tuanya dari rumah mereka sendiri, ketika si anak telah berkeluarga dan ingin tinggal nyaman bersama istri dan anaknya, karena tak ingin terganggu oleh urusan dengan orang tua. Masya Alloh, na’udzubillahi min dzaalik.

Sebuah pelajaran berharga juga dikisahkan dalam Al Qur’an. Adalah kisah Nabi Nuh as, yang anaknya tidak taat kepadanya dan lebih memilih hidup bersama-sama dengan kaum yang sesat, walaupun bapaknya adalah seorang Nabi utusan Alloh. Ia melawan perintah bapaknya disaat yang sangat sulit sekalipun.

Allah SWT berfirman:“ Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil : ” Hai anakku, naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”. Anaknya menjawab:  Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata : ” Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Alloh selain (Alloh) saja Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang  yang ditenggelamkan. (Q.S. Huud : 42-43).

Kisah-kisah di atas, adalah pelajaran dan peringatan bagi kita semua para orang tua. Karenanya, Alloh SWT Yang Maha Tahu berpesan, agar kita berhati-hati dalam berinteraksi dengan anak-anak kita. Mendidik mereka dengan pendidikan yang benar, memberikan kepada mereka makanan yang halal dan thoyyib, agar mereka menjadi anak-anak yang sholeh-sholihah, dan tidak menjadi musuh-musuh kita. Kemudian menjadikan maaf dan menahan amarah, sebagai sebuah kunci pengendalian diri, disaat terjadi perselisihan antara orang tua dan anak, sehingga setiap perselisihan dapat diselesaikan dengan hati lapang tanpa kebencian dan permusuhan. Rasa kasih sayang dan cinta orang tua kepada anak tetap terbangun, dan anak juga tetap hormat dan segan dengan orang tuanya. Maka kehidupan keluargapun akan menjadi indah dan bermartabat.







C.    Anak sebaga ifitnah/cobaan

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnyahartamudananak-anakmuhanyalahcobaan (bagimu); dan disisi Allohlah pahala yang besar”. ( QS. 64 : 15 ).
“ Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allohlah pahala yang besar”.(Q.S. 8 : 28 ).

Dalam sebuah hadist, juga disebutkan: “Anak menyebabkan orang tuanya kikir dan penakut ”( H.R. Ibnu Babawih dan Ibnu Asakir).

Anak, bisa menjadi fitnah/cobaan/ujian bagi orang tuanya. Sejak seorang ibu mulai hamil, ujian kesabaran telah dimulai. Rasa mual, ingin muntah, badan lemas, tidak mau makan, adalah kondisi yang benar-benar membuat seorang ibu merasa tidak nyaman. Bila tidak diikuti dengan kesabaran dan kesadaran akan ketentuan Alloh SWT pada dirinya, bisa saja seorang ibu menjadi sangat rewel dan mudah marah. Ketika kehamilan semakin hari semakin besar, gerak seorang ibu menjadi semakin terbatas. Kalau tadinya bisa berjalan cepat, dan bergerak lincah kesana-kemari, saat itu tak bisa lagi.

Ketika bayi telah lahir, tugas seorang ibu bukannya selesai, tetapi justru sebaliknya. Menyusui, mengasuh, dan menjaga anak menjadi tugas berikutnya. Belum lagi bila anak sedang dalam kondisi tidak nyaman atau sakit, anak akan menjadi rewel dan sulit diajak kompromi, maka pekerjaan-pekerjaan yang lain menjadi berantakan.
Begitu anak beranjak remaja dan dewasa, hubungan antara anak dan orang tua juga tak selalu mulus seperti yang direncanakan dan diharapkan. Ada saja hal yang seringkali dapat menyebabkan rasa sedih dan luka hati.
Inilah diantara bentuk-bentuk ujian/cobaan yang dihadapi oleh para orang tua bersama anak-anaknya. Karenanya, memiliki anak harus siap menanggung segala ujian dan cobaan yang mungkin akan menyertai setiap langkah kehidupan kita. Kita harus mempersiapkan diri dan anak-anak kita dengan sebaik-baiknya, hingga ujian dan cobaan itu dapat  kita lalui dengan baik, insya Allah. Amiin.

D.    Anak sebagai amanah

Allah SWT berfirman :“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Alloh dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”( QS. 4 : 9).
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan( Q.S. 66:6 )”.


Anak-anak, bukan hanya sebuah hasil konsekuensi hubungan biologis antara dua orang manusia lawan jenis, bukan pula hanya berfungsi sebagai hiasan dan hiburan bagi kehidupan kita, namun ia dikaruniakan Allah SWT adalah sebagai amanah bagi kita. Ia diberikan kepada kita untuk kita didik menjadi anak-anak yang kuat, memiliki aqidah yang kokoh, istiqomah memegang teguh keyakinan akan kebesaran dan keagungan Allah, mengamalkan din dalam kehidupan kesehariannya, serta bangkit berdiri menjadi penyeru-penyeru da’wah ilallah penerus risalah Nabi, dibumi manapun  tempat ia berpijak, dan dalam situasi dan kondisi apapun jua.

Setiap orang tua harus memiliki kesadaran seratus persen akan amanah Allah ini, sehingga mereka tak akan menyia-nyiakannya. Tak menganggap remeh seorang anakpun, bagaimanapun kondisi anak tsb. Membekali diri dengan ketaqwaan kepada Allah SWT, meneladani Rasulullah dalam melakukan pendidikan, dan tak pernah puas mencari wawasan dan pengetahuan mendidik anak, karena jaman terus berkembang dan malaju, agar tak ketinggalan jaman, sehingga mampu membimbing dan memberi tauladan kepada anak-anaknya dengan langkah dan tindakan yang tepat.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita mampu menunaikan amanah sebaik-baiknya, dan dapat mempertanggung jawabkan penunaian amanah suci ini dihadapan-Nya kelak, dalam keadaan yang lapang dan diridhoi-Nya. Amiin.

E.    Anak sebagai penyejuk mata hati

Dengan pendidikan yang baik dan benar, serta lingkungan rumah yang mendukung dan keluarga yang saling menyayangi, semoga anak-anak kita tumbuh kembang menjadi anak-anak yang sholeh sholihah, penyejuk mata hati kita, pemimpin orang-orang yang bertaqwa. Karenanya, marilah kita selalu lantunkan do’a  kehadirat Allah SWT :
Robbanaa hablanaa min ajwaajinaa, wadzurriyatinaa qurrota a’yun, waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa (Ya Robb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam, bagi orang-orang yang bertaqwa). (QS. 25:74 )
Robbii hablii milladunka durriyyatan thoyyibah, innaka samii’ud du’aa" (Ya Robbii, berilah Aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".Amiin.
Alangkah indahnya, bila hidup kita dilingkupi oleh anak-anak yang sholeh sholihah, yang mampu menjadi penyejuk hati kita, penghibur dikala duka, pengantar kita ke surga-Nya. Amiin.

F.    Anak sebagai aset masa depan orang tuanya.

Anak-anak sholeh dan sholihah yang dititipkan Allah SWT kepada kita, akan menjadi aset masa depan hidup kita. Hidup kita yang abadi disisi Allah SWT, bukan sekedar aset masa depan dalam artian materialistis, dalam kehidupan dunia yang sementara, namun ia adalah aset masa depan kehidupan kita di negeri akherat yang hakiki...nanti. Di dalam kehidupan yang tidak ada lagi yang bisa kita mintai pertolongan, untuk mensuplai keperluan-keperluan kita, untuk menutupi kekurang-kekurangan kita.

Saat kita telah kembali kepada Allah SWT, menjalani hidup abadi di akherat nanti,anak-anak sholeh sholihah kitalah, yang akan senantiasa mengantarkan do’a dan permohonan ampunan untuk kita, bukan harta dan jabatan kita. Bukan ketampanan dan kewibawaan kita. Bukan jabatan dan kedudukan kita di dunia.

Inilah yang disabdakan oleh Rasulullah SAW :” Apabila meninggal anak Adam, maka terputuslah segala amalnya kecuali yang tiga : shodaqoh jariyah,anak yg sholeh yg selalu mendo`akannya, dan ilmu yang bermanfaat”.( H.R. Bukhori Muslim).

Semoga kita para orang tua, mampu mengemban amanah suci ini, dalam bimbingan dan kasih sayang Allah SWT kepada kita. Sehingga kita mampu mengantarkan anak-anak kita, meraih kedudukan anak-anak shaleh dan shalihah, menjadi aset yang sangat berharga bagi kedua orang tuanya, dan dapat menjadi penerus risalah Allah di muka bumi, disepanjang kehidupan mereka. Amiin.


Tentang Penulis:
Ari Aji Astuti
  • Ketua bidang pendidikan Yayasan Insan Mulia Surakarta
  • ketua bidang pendidikan Yayasan Bakti Muslimah Surakarta
  • Sekertaris I, PW SALIMAH Jawa Tengah
  • Staff pengajar PGTK (Pendidikan Guru TK) Islam untuk mata kuliah Perencanaan Pengeloaan dan Strategi belajar mengajar (PPSBM), Perencanaan PAI, dan metode pengajaran Calistung permulaan, dan saat ini sedang menimba ilmu di Pasca Sarjana UMS jurusan Ushul Fiqih.

Share this post :

Posting Komentar

Statistik Blog

 
Support : SDITinsanmulia | DownloadRPP | JSIT Jawa Tengah
Copyright © 2015. SDIT INSAN MULIA SURAKARTA - All Rights Reserved
Template by SDIT Insan Mulia Surakarta Jawa Tengah
Proudly powered by Blogger